Proses perkembangan ikan mulai dari telur sampai dewasa telah banyak
dibahas. Berbagai terminasi dimunculkan untuk membagi fase fase dalam
perubahan siklus ikan. Dari beberapa publikasi terdapat berbagai
kategori dan istilah yang berbeda dari beberapa peneliti. Sejak 60
tahun ada terlalu banyak variasi dalam terminologi yang digunakan oleh
peneliti untuk menggambarkan ontogenesis awal ikan. Perbedaan
menghalangi perbandingan apapun dari fase perkembangan berikutnya.
Serupa pengamatan dilakukan tiga puluh tahun kemudian , yang ditemukan
dalam literatur tentang enam puluh istilah yang berbeda menggambarkan
periode dan fase-fase pembangunan antara penetasan ikan dan seksual
kedewasaan. EmbrioAwal perkembangan dimulai saat pembuahan
(fertilisasi) sebuah sel telur oleh sel sperma yang membentuk zygot
(zygot). Gametogenesis merupakan fase akhir perkembangan individu dan
persiapan untuk generasi berikutnya. Proses perkembangan yang
berlangsung dari gametogenesis sampai dengan membentuk zygot disebut
progenesis. Proses selanjutnya disebut embriogenesis (blastogene) yang
mencakup pembelahan sel zygot (cleavage), blastulasi, gastrulasi, dan
neurulasi. Proses selanjutnya adalah organogenesis , yaitu pembentukan
alat-alat (organ) tubuh. Embriologi mencakup proses perkembangan setelah
fertilisasi sampai dengan organogenesis sebelum menetas atau lahir.
Cleavage yaitu tahapan proses pembelahan sel. Proses ini berjalan teratur dan berakhir hingga mencapai balastulasi. Bisa
juga dikatakan proses pembelahan sel yang terus menerus hingga
terbentuk bulatan, seperti bola yang di dalamnya berisi rongga.
Gastrulasi merupakan proses kelanjutan blastulasi. Hasil proses ini
adalah terbentuknya tiga lapisan, yaitu ektoderrm, modeterm dan
entoderm. Organogenesis adalah tahapan dimana terjadi pembentukan
organ-organ tubuh dari tiga lapisan diatas, yaitu ektoderm, metoderm dan
entoderm. Setiap lapisan membentuk organ yang berbeda. Ektoterm
membentuk lapisan epidermis pada gigi, mata dan saraf pendengaran.
Mesoderm membentuk sistem respirasi, pericranial, peritonial, hati dan
tulang. Sedangkan entoterm membentuk sel kelamin dan kelenjar
endokrin.Kebanyakan telur ikan-ikan pelagis laut dibuahi secara
eksternal dan melayang di dekat permukaan laut. Telur ini berkisar
0,5-5,5 mm dalam diameter. Periode embrionik dapat dibagi menjadi tiga
tahap yaitu periode awal yang merupakan fertilisasi untuk penutupan
bastopore. Periode tengah yaitu waktu penutupan blastopori dan ekor
lateral mulai menjauh dari sumbu embrionik dan periode akhir dimana
waktu ekor melengkung dari sumbu embrionik. Pada setiap spesies
terdapat sedikit variasi telur karakter telur seperti ukuran, jumlah dan
ukuran gelembung-gelembung minyak, permukaan korion, kuning telur,
pigmentasi, dan morfologi dari perkembangan embrio yang meliputi
anatomi dan morphometric tahap awal telur ikan. Bentuk kantung kuning
telur sangat bervariasi dari bulat dan memanjang misalnya Clupeoids.
Keseluruhan pigmentasi juga sangat penting sejauh menyangkut
identifikasi.Melanophores adalah pigmen utama yang digunakan untuk
identifikasi kantung kuning telur-larva. Pigmen lain mungkin ada tetapi
kebanyakan akan hilang dalam diawetkan (formalin atau alkohol) spesimen.
Pada akhir tahap kantung kuning telur mulut dan usus dibentuk dan anus
terbuka pada atau dekat dengan margin purba sirip. Mata menjadi
berpigmen dan organ utama dan sistem pengindraan, penting untuk
menangkap memangsa, menjadi fungsional. Ukuran dan panjang pada saat
menetas bervariasi antar spesies ikan, yang umumnya terkait dengan
diameter telur atau kuning telur. Ukuran kuning telur, dalam larva baru
menetas, juga berkaitan dengan ukuran dan telur dengan jumlah kuning
telur yang digunakan sebelum menetas.LarvaTahap larva diikuti oleh tahap
transformasi. Tahap ini dicirikan oleh perubahan dalam bentuk umum dan
struktural detail yang dapat secara bertahap untuk tiba-tiba. Pada
sebagian besar spesies ikan, bentuk larva dan bentuk sangat berbeda pada
saat juvenil. Pada periode larva, ikan mengalami dua fase perkembangan,
yaitu prolarva dan pasca larva. Ciri-ciri prolarva adalah masih adanya
kuning telur, tubuh transfaran dengan beberapa pigmen yang belum
diketahui fungsinya, serta adanya sirip dada dan sirip ekor walaupun
bentuknya belum sempurna. Mulut dan rahang belum berkembang dan ususnya
masih merupakan tabung halus, pada saat tersebut makanan didapatkan dari
kuning telur yang belum habis terserap. Biasanya larva ikan yang baru
menetas berada dalam keadaan terbalik karena kuning telurnya masih
mengandung minyak. Gerakan larva hanya terjadi sewaktu-waktu dengan
menggerakan ekornya ke kiri dan ke kanan.Larva yang baru ditetasi
memiliki panjang total 1,21 hingga 1,65 mm dengan rata-rata 1,49 mm.
Rata-rata panjang kantong kuning telur 0,86 mm. Pigmentasi awal tidak
seragam, mata, saluran pencernaan, kloaka dan sirip kaudal transparant.
Tiga hari setelah menetas, sebagian besar kuning telur diserap dan butir
minyak berkurang hingga ukuran yang tidak signifikan. Pada tahap ini,
mulut terbuka dan rahang mulai bergerak saat larva mulai makan.
Terdapat kurang lebih 2 tahap pigmentasi pada larva ikan baramundi. Pada
umur 10-12 sesudah penetasan, pigmentasi larva tampak abu-abu gelap
atau hitam. Tahap kedua terjadi antara umur 25-30 hari dimana larva
berkembang menjadi anakan. Pada tahap ini, pigmentasi berubah menjadi
warna perak. Diamati bahwa hanya anakan yang sehat pada tahap ini
berenag secara aktif. Mereka selalu berwarna terang. Larva yang tidak
sehat berwarna gelap atau berwarna tubuh hitam.Larva yang baru menetas
bersifat pasif karena mulut dan matanya belum membuka sehingga
pergerakannya tergantung arus air.Larva yang baru ditetaskan biasanya
disebut larva berumur 0 hari (D-0) dengan membawa cadangan kuning telur
dan gelembung minyak. Ukuran cadangan kuning telur dan gelembung minyak
serta letak gelembung minyak pada kuning telur tergantung pada
jenisikan. Pada ikan kakap dan beronang, letak gelembung minyak
cenderung berada pada ujung mendekati bagian kepala atau bagian depan,
sedangkan pada larva ikan kerapu cenderung berada lebih jauh dari bagian
kepala atau lebih dekat ke arah bagian belakang. Selama pertumbuhan
larva mengalami beberapa perubahan yang cukup mendasar, yaitu pada saat
larva umur 1 - 3 hari (D1 - D3) kuning telur dan butir minyak akan
berkurang yang akhirnya terserap habis dalam tubuhnya yang kemudian
terbentuk mulut dan saluran anus. Dari hasil ini dapat diasumsikan bahwa
kemampuan daya cerna pada larva cukup terbatas dalam masa awal larva
mengingat pada kelompok ikan karnivora ini, larva ikan kerapu pasir
memiliki usus yang baru terbentuk dan pendek sehingga usus berfungsi
sebagai pencerna makanan dalam jumlah yang relatif kecil dan waktu yang
relatif tidak lama. Untuk itu supaya usus terus dalam kondisi terisi
disarankan frekuensi pemberian pakan buatan maupun alami sesering
mungkin. Namun demikian kapasitas lambung juga turut menentukan banyak
sedikitnya jumlah pakan yang dikonsumsi. Tampak bahwa pakan buatan
sangat mendukung dalam kelangsungan hidup dan pertumbuhannya dimana
penggunaan pakan buatan sebagai substitusi sebagian atau keseluruhan
untuk menambah, mengganti, atau melengkapi nutrisi pakan alami pada saat
dibutuhkan oleh larva. Pakan buatan harus diberikan tepat waktu agar
pakan dapat dicerna dan diserap oleh larva secara efisien sesuai
dengan perkembangannya. Pemberian pakan buatan yang terlambat (lebih
dari D25) bisa berakibat tingkat kematian tinggi yang disebabkan
kurangnya kandungan nutrisi pada pakan alami untuk memenuhi kebutuhan
hidup larva.
Masa
post larva ikan ialah masa dari hilangnya kantung kuning telur sampai
terbentuk organ-organ baru atau selesainya taraf penyempurnaan
organ-organ yang ada. Pada akhir fase tersebut, secara morfologis larva
telah memiliki bentuk tubuh hampir seperti induknya. Pada tahap
pascalarva ini sirip dorsal (punggung) sudah mulai dapat dibedakan,
sudah ada garis bentuk sirip ekor dan anak ikan sudah lebih aktif
berenang. Kadang-kadang anak ini memperlihatkan sifat bergerombol
walaupun tidak selamanya. Setelah masa pascalarva ini berakhir, ikan
akan memasuki masa juvenile.
identifikasi telur ikan
Senin, 06 Mei 2013
Identifikasi Kebutuhan Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Beberapa hal penting yang harus diidentifikasi dalam kegiatanpenetasan telur dan pemeliharaan larva adalah:
- Penyesuaian kondisi suhu air media penetasan telur, mulai dari pengukuran kondisi suhu awal sampai dengan pengkondisian penyesuaian suhu yang dibutuhkan. Pemilihan metode pengkondisian penyesuaian suhu yang akan digunakan dan jenis peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan.
- Penyediaan oksigen terlarut pada air media penetasan telur, mulai dari pengukuran oksigen terlarut awal sampai penyediaan oksigen terlarut yang sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan cara penyediaan oksigen terlarut yang akan digunakan dan jenis peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan.
- Pencegahan kelebihan amoniak terlarut dalam air media penetasan telur akibat dari proses pembusukan cangkang telur dan telur yang tidak menetas. Pemilihan cara penanganannya dan jenis peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan kondisi, kemampuan, dan keamanan.
- Pengelolaan kualitas air saat pemeliharaan larva, baik suhu, oksigen terlarut, maupun amoniak. Mulai dari pengukuran parameter kualitas air sampai dengan pengendaliaanya, disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan keamanan.
- Pemberian pakan larva awal, meliputi : kapan larva bisa mulai diberi makan, jenis dan bentuk pakan apa yang cocok untuk diberikan, dosis dan frekuensi pemberian pakannya.
pembuatan produk fermentasi telur ikan tambakan
Produk fermentasi telur ikan tambakan diperoleh dari pengolah di daerah
Pasar Pagi Samarinda Kalimantan Timur. Dokumentasi proses pembuatan produk
fermentasi telur ikan tambakan dapat dilihat pada Lampiran 2. Pembuatan produk
fermentasi telur tambakan diawali dengan mempersiapkan bahan dan alat yang
digunakan untuk pembuatan produk tersebut. Persiapan bahan dan alat dilakukan
secara higienis untuk mengurangi kontaminasi bakteri patogen dan bakteri
kontaminan lain.
Cara pembuatan produk fermentasi telur tambakan adalah sebagai berikut:
bahan baku telur tambakan segar dibersihkan terlebih dahulu. Telur tambakan
yang telah dibersihkan tersebut kemudian diberi garam rakyat dengan
perbandingan setiap 1 kg telur ikan untuk 250 gram. Campuran antara telur
tambakan dan garam kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca yang sudah
bersih kemudian ditutup rapat, dan dimulai proses fermentasi. Proses fermentasi
berlangsung selama setahun dan penghentian proses fermentasi dilakukan dengan
cara penggorengan produk fermentasi telur tambakan pada suhu 100
o
C selama 3
menit. Diagram alir proses pembuatan produk fermentasi telur tambakan dapat
dilihat pada Gambar 5.
3.3.2 Isolasi bakteri (BSN 2009)
Telur ikan tambakan yang telah difermentasi selama setahun kemudian
diisolasi bakterinya untuk mendapatkan isolat bakteri yang kemudian akan
diidentifikasi jenisnya. Isolat bakteri murni yang tumbuh dominan selama
fermentasi dipilih berdasarkan jumlah koloni yang paling banyak tumbuh.
Morfologi koloni diamati berdasarkan bentuk koloni, bentuk permukaan, bentuk
kemunculan diatas permukaan agar dan warna koloni.
Uji mikrobiologis dilakukan dengan perhitungan jumlah mikroba (Total
plate count) yang ada dalam sampel dengan pengenceran sesuai keperluan dan
dilakukan secara duplo. Pembuatan larutan contoh dengan cara mencampur
10 gram sampel dengan 90 ml larutan garam 0,85% steril kemudian diblender
hingga homogen. Prosedur total plate count (BSN 2009) dapat dilihat pada
Lampiran 3.
15
Gambar 5 Diagram alir proses pembuatan produk fermentasi telur tambakan.
Campuran diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung berisi
9 ml larutan garam 0,85% steril sehingga diperoleh pengenceran 10
-2
. Kemudian
dilakukan prosedur serupa untuk pengenceran 10
-3
dan seterusnya hingga
pengenceran 10
-5
. Sebanyak 1 ml suspensi sel diteteskan ke dalam cawan kosong.
Media yang masih cair (54
0
C) dituang ke cawan kemudian putar cawan untuk
menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi dengan posisi
terbalik didalam inkubator pada suhu 37
o
C selama 24 jam. Jumlah koloni
dihitung berdasarkan rumus :
Ikan tambakan
Dicuci dan dibersihkan dengan air
Diberi garam 25% dan dimasukkan kedalam botol tertutup
Pemeraman selama 1 tahun
Produk fermentasi
telur tambakan
fermentasi
Ikan dibedah lalu telur dikeluarkan dari perut ikan
Penggorengan suhu 100
o
C selama 3 menit
untuk menghentikan proses fermentasi
16
Koloni yang terpilih dari hasil kultur bakteri kemudian diisolasi dengan
metode goresan kuadran. Cawan petri yang telah berisi media TSA steril yang
telah padat dan diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 24 jam, untuk mendapatkan
koloni yang terpisah.
3.3.3 Identifikasi Bakteri
Identifikasi pada tahap awal dilakukan pemurnian dan pewarnaan Gram
untuk melihat kemurnian bakteri. Pewarnaan Gram juga dilakukan untuk melihat
bentuk bakteri dan reaksi terhadap pewarnaan Gram. Bakteri yang sudah murni
selanjutnya dilakukan uji biokimia untuk menentukan genus dan spesies dari
masing-masing bakteri (Cowan 1974).
(1) Pewarnaan Gram (BSN 2009)
Pewarnaan Gram pada bakteri dilakukan dengan cara mengamati sel-sel
bakteri yang telah mati dan diwarnai. Dengan cara tersebut, bentuk sel akan
menjadi lebih jelas karena warna sel dibuat kontras dengan medium
disekelilingnya, sehingga lebih mudah dilihat dibawah mikroskop. Bakteri yang
mempunyai sel dengan ukuran relatif kecil akan mudah dilihat. Pada pewarnaan
Gram diperlukan empat jenis larutan yaitu zat warna basa (kristal violet), larutan
iodium (lugol), alkohol dan safranin.
Preparat bakteri ditetesi dengan pewarna kristal violet dan dibiarkan
selama satu menit, kemudian dibilas dengan air. Selanjutnya preparat ditetesi
dengan larutan lugol dan dibiarkan selama satu menit, dicuci dengan air dan
dihilangkan warnanya menggunakan alkohol 96% selama 10-20 detik atau sampai
warna ungu tidak luntur lagi. Setelah dicuci sebentar kemudian diwarnai dengan
larutan safranin dan dibiarkan selama 10-20 detik lalu dibilas dengan air,
kemudian dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop menggunakan minyak
imersi dan diamati bentuk sel serta reaksi Gram. Sel-sel bakteri yang tidak dapat
melepaskan warna akan tetap berwarna seperti warna violet kristal, yaitu biru
ungu disebut bakteri Gram positif. Sel-sel bakteri yang dapat melepaskan violet
kristal dan mengikat safranin sehingga berwarna merah atau merah muda disebut
bakteri Gram negatif. Prosedur pewarnaan Gram (BSN 2009) secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Pasar Pagi Samarinda Kalimantan Timur. Dokumentasi proses pembuatan produk
fermentasi telur ikan tambakan dapat dilihat pada Lampiran 2. Pembuatan produk
fermentasi telur tambakan diawali dengan mempersiapkan bahan dan alat yang
digunakan untuk pembuatan produk tersebut. Persiapan bahan dan alat dilakukan
secara higienis untuk mengurangi kontaminasi bakteri patogen dan bakteri
kontaminan lain.
Cara pembuatan produk fermentasi telur tambakan adalah sebagai berikut:
bahan baku telur tambakan segar dibersihkan terlebih dahulu. Telur tambakan
yang telah dibersihkan tersebut kemudian diberi garam rakyat dengan
perbandingan setiap 1 kg telur ikan untuk 250 gram. Campuran antara telur
tambakan dan garam kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca yang sudah
bersih kemudian ditutup rapat, dan dimulai proses fermentasi. Proses fermentasi
berlangsung selama setahun dan penghentian proses fermentasi dilakukan dengan
cara penggorengan produk fermentasi telur tambakan pada suhu 100
o
C selama 3
menit. Diagram alir proses pembuatan produk fermentasi telur tambakan dapat
dilihat pada Gambar 5.
3.3.2 Isolasi bakteri (BSN 2009)
Telur ikan tambakan yang telah difermentasi selama setahun kemudian
diisolasi bakterinya untuk mendapatkan isolat bakteri yang kemudian akan
diidentifikasi jenisnya. Isolat bakteri murni yang tumbuh dominan selama
fermentasi dipilih berdasarkan jumlah koloni yang paling banyak tumbuh.
Morfologi koloni diamati berdasarkan bentuk koloni, bentuk permukaan, bentuk
kemunculan diatas permukaan agar dan warna koloni.
Uji mikrobiologis dilakukan dengan perhitungan jumlah mikroba (Total
plate count) yang ada dalam sampel dengan pengenceran sesuai keperluan dan
dilakukan secara duplo. Pembuatan larutan contoh dengan cara mencampur
10 gram sampel dengan 90 ml larutan garam 0,85% steril kemudian diblender
hingga homogen. Prosedur total plate count (BSN 2009) dapat dilihat pada
Lampiran 3.
15
Gambar 5 Diagram alir proses pembuatan produk fermentasi telur tambakan.
Campuran diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung berisi
9 ml larutan garam 0,85% steril sehingga diperoleh pengenceran 10
-2
. Kemudian
dilakukan prosedur serupa untuk pengenceran 10
-3
dan seterusnya hingga
pengenceran 10
-5
. Sebanyak 1 ml suspensi sel diteteskan ke dalam cawan kosong.
Media yang masih cair (54
0
C) dituang ke cawan kemudian putar cawan untuk
menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi dengan posisi
terbalik didalam inkubator pada suhu 37
o
C selama 24 jam. Jumlah koloni
dihitung berdasarkan rumus :
Ikan tambakan
Dicuci dan dibersihkan dengan air
Diberi garam 25% dan dimasukkan kedalam botol tertutup
Pemeraman selama 1 tahun
Produk fermentasi
telur tambakan
fermentasi
Ikan dibedah lalu telur dikeluarkan dari perut ikan
Penggorengan suhu 100
o
C selama 3 menit
untuk menghentikan proses fermentasi
16
Koloni yang terpilih dari hasil kultur bakteri kemudian diisolasi dengan
metode goresan kuadran. Cawan petri yang telah berisi media TSA steril yang
telah padat dan diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 24 jam, untuk mendapatkan
koloni yang terpisah.
3.3.3 Identifikasi Bakteri
Identifikasi pada tahap awal dilakukan pemurnian dan pewarnaan Gram
untuk melihat kemurnian bakteri. Pewarnaan Gram juga dilakukan untuk melihat
bentuk bakteri dan reaksi terhadap pewarnaan Gram. Bakteri yang sudah murni
selanjutnya dilakukan uji biokimia untuk menentukan genus dan spesies dari
masing-masing bakteri (Cowan 1974).
(1) Pewarnaan Gram (BSN 2009)
Pewarnaan Gram pada bakteri dilakukan dengan cara mengamati sel-sel
bakteri yang telah mati dan diwarnai. Dengan cara tersebut, bentuk sel akan
menjadi lebih jelas karena warna sel dibuat kontras dengan medium
disekelilingnya, sehingga lebih mudah dilihat dibawah mikroskop. Bakteri yang
mempunyai sel dengan ukuran relatif kecil akan mudah dilihat. Pada pewarnaan
Gram diperlukan empat jenis larutan yaitu zat warna basa (kristal violet), larutan
iodium (lugol), alkohol dan safranin.
Preparat bakteri ditetesi dengan pewarna kristal violet dan dibiarkan
selama satu menit, kemudian dibilas dengan air. Selanjutnya preparat ditetesi
dengan larutan lugol dan dibiarkan selama satu menit, dicuci dengan air dan
dihilangkan warnanya menggunakan alkohol 96% selama 10-20 detik atau sampai
warna ungu tidak luntur lagi. Setelah dicuci sebentar kemudian diwarnai dengan
larutan safranin dan dibiarkan selama 10-20 detik lalu dibilas dengan air,
kemudian dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop menggunakan minyak
imersi dan diamati bentuk sel serta reaksi Gram. Sel-sel bakteri yang tidak dapat
melepaskan warna akan tetap berwarna seperti warna violet kristal, yaitu biru
ungu disebut bakteri Gram positif. Sel-sel bakteri yang dapat melepaskan violet
kristal dan mengikat safranin sehingga berwarna merah atau merah muda disebut
bakteri Gram negatif. Prosedur pewarnaan Gram (BSN 2009) secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Langganan:
Postingan (Atom)