Senin, 06 Mei 2013

fase perkembangan telur

Proses perkembangan ikan mulai dari telur sampai dewasa telah banyak dibahas. Berbagai terminasi dimunculkan untuk membagi fase fase dalam perubahan siklus ikan. Dari beberapa publikasi terdapat berbagai kategori dan istilah yang berbeda dari beberapa peneliti. Sejak 60 tahun ada terlalu banyak variasi dalam terminologi yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan ontogenesis awal ikan. Perbedaan menghalangi perbandingan apapun dari fase perkembangan berikutnya. Serupa pengamatan dilakukan tiga puluh tahun kemudian , yang ditemukan dalam literatur tentang enam puluh istilah yang berbeda menggambarkan periode dan fase-fase pembangunan antara penetasan ikan dan seksual kedewasaan. EmbrioAwal perkembangan dimulai saat pembuahan (fertilisasi) sebuah sel telur oleh sel sperma yang membentuk zygot (zygot). Gametogenesis merupakan fase akhir perkembangan individu dan persiapan untuk generasi berikutnya. Proses perkembangan yang berlangsung dari gametogenesis sampai dengan membentuk zygot disebut progenesis. Proses selanjutnya disebut embriogenesis (blastogene) yang mencakup pembelahan sel zygot (cleavage), blastulasi, gastrulasi, dan neurulasi. Proses selanjutnya adalah organogenesis , yaitu pembentukan alat-alat (organ) tubuh. Embriologi mencakup proses perkembangan setelah fertilisasi sampai dengan organogenesis sebelum menetas atau lahir.
Cleavage yaitu tahapan proses pembelahan sel. Proses ini berjalan teratur dan berakhir hingga mencapai balastulasi. Bisa juga dikatakan proses pembelahan sel yang terus menerus hingga terbentuk bulatan, seperti bola yang di dalamnya berisi rongga. Gastrulasi merupakan proses kelanjutan blastulasi. Hasil proses ini adalah terbentuknya tiga lapisan, yaitu ektoderrm, modeterm dan entoderm. Organogenesis adalah tahapan dimana terjadi pembentukan organ-organ tubuh dari tiga lapisan diatas, yaitu ektoderm, metoderm dan entoderm. Setiap lapisan membentuk organ yang berbeda. Ektoterm membentuk lapisan epidermis pada gigi, mata dan saraf pendengaran. Mesoderm membentuk sistem respirasi, pericranial, peritonial, hati dan tulang. Sedangkan entoterm membentuk sel kelamin dan kelenjar endokrin.Kebanyakan telur ikan-ikan pelagis laut dibuahi secara eksternal dan melayang di dekat permukaan laut. Telur ini berkisar 0,5-5,5 mm dalam diameter. Periode embrionik dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu periode awal yang merupakan fertilisasi untuk penutupan bastopore. Periode tengah yaitu waktu penutupan blastopori dan ekor lateral mulai menjauh dari sumbu embrionik dan periode akhir dimana waktu ekor melengkung dari sumbu embrionik. Pada setiap spesies terdapat sedikit variasi telur karakter telur seperti ukuran, jumlah dan ukuran gelembung-gelembung minyak, permukaan korion, kuning telur, pigmentasi, dan morfologi dari perkembangan embrio yang meliputi anatomi dan morphometric tahap awal telur ikan. Bentuk kantung kuning telur sangat bervariasi dari bulat dan memanjang misalnya Clupeoids. Keseluruhan pigmentasi juga sangat penting sejauh menyangkut identifikasi.Melanophores adalah pigmen utama yang digunakan untuk identifikasi kantung kuning telur-larva. Pigmen lain mungkin ada tetapi kebanyakan akan hilang dalam diawetkan (formalin atau alkohol) spesimen. Pada akhir tahap kantung kuning telur mulut dan usus dibentuk dan anus terbuka pada atau dekat dengan margin purba sirip. Mata menjadi berpigmen dan organ utama dan sistem pengindraan, penting untuk menangkap memangsa, menjadi fungsional. Ukuran dan panjang pada saat menetas bervariasi antar spesies ikan, yang umumnya terkait dengan diameter telur atau kuning telur. Ukuran kuning telur, dalam larva baru menetas, juga berkaitan dengan ukuran dan telur dengan jumlah kuning telur yang digunakan sebelum menetas.LarvaTahap larva diikuti oleh tahap transformasi. Tahap ini dicirikan oleh perubahan dalam bentuk umum dan struktural detail yang dapat secara bertahap untuk tiba-tiba. Pada sebagian besar spesies ikan, bentuk larva dan bentuk sangat berbeda pada saat juvenil. Pada periode larva, ikan mengalami dua fase perkembangan, yaitu prolarva dan pasca larva. Ciri-ciri prolarva adalah masih adanya kuning telur, tubuh transfaran dengan beberapa pigmen yang belum diketahui fungsinya, serta adanya sirip dada dan sirip ekor walaupun bentuknya belum sempurna. Mulut dan rahang belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung halus, pada saat tersebut makanan didapatkan dari kuning telur yang belum habis terserap. Biasanya larva ikan yang baru menetas berada dalam keadaan terbalik karena kuning telurnya masih mengandung minyak. Gerakan larva hanya terjadi sewaktu-waktu dengan menggerakan ekornya ke kiri dan ke kanan.Larva yang baru ditetasi memiliki panjang total 1,21 hingga 1,65 mm dengan rata-rata 1,49 mm. Rata-rata panjang kantong kuning telur 0,86 mm. Pigmentasi awal tidak seragam, mata, saluran pencernaan, kloaka dan sirip kaudal transparant. Tiga hari setelah menetas, sebagian besar kuning telur diserap dan butir minyak berkurang hingga ukuran yang tidak signifikan. Pada tahap ini, mulut terbuka dan rahang mulai bergerak saat larva mulai makan. Terdapat kurang lebih 2 tahap pigmentasi pada larva ikan baramundi. Pada umur 10-12 sesudah penetasan, pigmentasi larva tampak abu-abu gelap atau hitam. Tahap kedua terjadi antara umur 25-30 hari dimana larva berkembang menjadi anakan. Pada tahap ini, pigmentasi berubah menjadi warna perak. Diamati bahwa hanya anakan yang sehat pada tahap ini berenag secara aktif. Mereka selalu berwarna terang. Larva yang tidak sehat berwarna gelap atau berwarna tubuh hitam.Larva yang baru menetas bersifat pasif karena mulut dan matanya belum membuka sehingga pergerakannya tergantung arus air.Larva yang baru ditetaskan biasanya disebut larva berumur 0 hari (D-0) dengan membawa cadangan kuning telur dan gelembung minyak. Ukuran cadangan kuning telur dan gelembung minyak serta letak gelembung minyak pada kuning telur tergantung pada jenisikan. Pada ikan kakap dan beronang, letak gelembung minyak cenderung berada pada ujung mendekati bagian kepala atau bagian depan, sedangkan pada larva ikan kerapu cenderung berada lebih jauh dari bagian kepala atau lebih dekat ke arah bagian belakang. Selama pertumbuhan larva mengalami beberapa perubahan yang cukup mendasar, yaitu pada saat larva umur 1 - 3 hari (D1 - D3) kuning telur dan butir minyak akan berkurang yang akhirnya terserap habis dalam tubuhnya yang kemudian terbentuk mulut dan saluran anus. Dari hasil ini dapat diasumsikan bahwa kemampuan daya cerna pada larva cukup terbatas dalam masa awal larva mengingat pada kelompok ikan karnivora ini, larva ikan kerapu pasir memiliki usus yang baru terbentuk dan pendek sehingga usus berfungsi sebagai pencerna makanan dalam jumlah yang relatif kecil dan waktu yang relatif tidak lama. Untuk itu supaya usus terus dalam kondisi terisi disarankan frekuensi pemberian pakan buatan maupun alami sesering mungkin. Namun demikian kapasitas lambung juga turut menentukan banyak sedikitnya jumlah pakan yang dikonsumsi. Tampak bahwa pakan buatan sangat mendukung dalam kelangsungan hidup dan pertumbuhannya dimana penggunaan pakan buatan sebagai substitusi sebagian atau keseluruhan untuk menambah, mengganti, atau melengkapi nutrisi pakan alami pada saat dibutuhkan oleh larva. Pakan buatan harus diberikan tepat waktu agar pakan dapat dicerna dan diserap oleh larva secara efisien sesuai dengan perkembangannya. Pemberian pakan buatan yang terlambat (lebih dari D25) bisa berakibat tingkat kematian tinggi yang disebabkan kurangnya kandungan nutrisi pada pakan alami untuk memenuhi kebutuhan hidup larva.
Masa post larva ikan ialah masa dari hilangnya kantung kuning telur sampai terbentuk organ-organ baru atau selesainya taraf penyempurnaan organ-organ yang ada. Pada akhir fase tersebut, secara morfologis larva telah memiliki bentuk tubuh hampir seperti induknya. Pada tahap pascalarva ini sirip dorsal (punggung) sudah mulai dapat dibedakan, sudah ada garis bentuk sirip ekor dan anak ikan sudah lebih aktif berenang. Kadang-kadang anak ini memperlihatkan sifat bergerombol walaupun tidak selamanya. Setelah masa pascalarva ini berakhir, ikan akan memasuki masa juvenile.

Identifikasi Kebutuhan Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva

Beberapa hal penting yang harus diidentifikasi dalam kegiatanpenetasan telur dan pemeliharaan larva adalah:
  1. Penyesuaian kondisi suhu air media penetasan telur, mulai dari pengukuran kondisi suhu awal sampai dengan pengkondisian penyesuaian suhu yang dibutuhkan. Pemilihan metode pengkondisian penyesuaian suhu yang akan digunakan dan jenis peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan.
  2. Penyediaan oksigen terlarut pada air media penetasan telur, mulai dari pengukuran oksigen terlarut awal sampai penyediaan oksigen terlarut yang sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan cara penyediaan oksigen terlarut yang akan digunakan dan jenis peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan.
  3. Pencegahan kelebihan amoniak terlarut dalam air media penetasan telur akibat dari proses pembusukan cangkang telur dan telur yang tidak menetas. Pemilihan cara penanganannya dan jenis peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan kondisi, kemampuan, dan keamanan.
  4. Pengelolaan kualitas air saat pemeliharaan larva, baik suhu, oksigen terlarut, maupun amoniak. Mulai dari pengukuran parameter kualitas air sampai dengan pengendaliaanya, disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan keamanan.
  5. Pemberian pakan larva awal, meliputi : kapan larva bisa mulai diberi makan, jenis dan bentuk pakan apa yang cocok untuk diberikan, dosis dan frekuensi pemberian pakannya.

pembuatan produk fermentasi telur ikan tambakan

  Produk  fermentasi telur  ikan  tambakan  diperoleh  dari  pengolah  di  daerah
Pasar Pagi Samarinda Kalimantan Timur. Dokumentasi proses pembuatan produk
fermentasi telur ikan tambakan dapat dilihat pada Lampiran 2. Pembuatan produk
fermentasi  telur  tambakan  diawali  dengan  mempersiapkan  bahan  dan  alat  yang
digunakan untuk pembuatan produk tersebut. Persiapan bahan dan alat dilakukan
secara  higienis  untuk  mengurangi  kontaminasi  bakteri  patogen  dan  bakteri
kontaminan lain.
Cara pembuatan produk fermentasi telur tambakan adalah sebagai berikut:
bahan  baku  telur  tambakan  segar  dibersihkan  terlebih  dahulu.  Telur  tambakan
yang  telah  dibersihkan  tersebut  kemudian  diberi  garam  rakyat  dengan
perbandingan  setiap  1  kg  telur  ikan  untuk  250  gram.  Campuran  antara  telur
tambakan  dan  garam  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  botol  kaca  yang  sudah
bersih  kemudian  ditutup  rapat,  dan  dimulai  proses  fermentasi.  Proses  fermentasi
berlangsung selama setahun dan penghentian proses fermentasi dilakukan dengan
cara penggorengan produk fermentasi telur tambakan pada suhu 100
o
C selama 3
menit.  Diagram  alir  proses  pembuatan  produk  fermentasi  telur  tambakan  dapat
dilihat pada Gambar 5.
3.3.2 Isolasi bakteri (BSN 2009)
  Telur  ikan  tambakan  yang  telah  difermentasi  selama  setahun  kemudian
diisolasi  bakterinya  untuk  mendapatkan  isolat  bakteri  yang  kemudian  akan
diidentifikasi  jenisnya.  Isolat  bakteri  murni  yang  tumbuh  dominan  selama
fermentasi  dipilih  berdasarkan  jumlah  koloni  yang  paling  banyak  tumbuh.
Morfologi  koloni  diamati  berdasarkan  bentuk  koloni,  bentuk  permukaan,  bentuk
kemunculan diatas permukaan agar dan warna koloni.
Uji  mikrobiologis  dilakukan  dengan  perhitungan  jumlah  mikroba  (Total
plate  count)  yang  ada  dalam  sampel  dengan  pengenceran  sesuai  keperluan  dan
dilakukan  secara  duplo.  Pembuatan  larutan  contoh  dengan  cara  mencampur       
10  gram  sampel  dengan  90  ml  larutan  garam  0,85%  steril  kemudian  diblender
hingga  homogen.  Prosedur  total  plate  count  (BSN  2009)  dapat  dilihat  pada
Lampiran 3.
15
















Gambar 5 Diagram alir proses pembuatan produk fermentasi telur tambakan.
Campuran diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung berisi
9  ml larutan garam 0,85% steril sehingga diperoleh pengenceran 10
-2
. Kemudian
dilakukan  prosedur  serupa  untuk  pengenceran  10
-3
  dan  seterusnya  hingga
pengenceran 10
-5
. Sebanyak 1 ml suspensi sel diteteskan ke dalam cawan kosong.
Media  yang  masih  cair  (54
0
C)  dituang  ke  cawan  kemudian  putar  cawan  untuk
menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi dengan posisi
terbalik  didalam  inkubator  pada  suhu  37
o
C  selama  24  jam.  Jumlah  koloni
dihitung berdasarkan rumus :


Ikan tambakan

Dicuci dan dibersihkan dengan air
Diberi garam 25% dan dimasukkan kedalam botol tertutup
Pemeraman selama 1 tahun
Produk fermentasi
telur tambakan
fermentasi

Ikan dibedah lalu telur dikeluarkan dari perut ikan

Penggorengan suhu 100
o
C selama 3 menit
untuk menghentikan proses fermentasi
16

Koloni  yang  terpilih  dari  hasil  kultur  bakteri  kemudian  diisolasi  dengan
metode  goresan  kuadran.  Cawan  petri  yang  telah  berisi  media  TSA  steril  yang
telah  padat  dan  diinkubasi  pada  suhu  37
o
C  selama  24  jam,  untuk  mendapatkan
koloni yang terpisah.

3.3.3 Identifikasi Bakteri
Identifikasi  pada  tahap  awal  dilakukan  pemurnian  dan  pewarnaan  Gram
untuk melihat kemurnian bakteri. Pewarnaan Gram juga dilakukan untuk melihat
bentuk  bakteri  dan  reaksi  terhadap  pewarnaan  Gram.  Bakteri  yang  sudah  murni
selanjutnya  dilakukan  uji  biokimia  untuk  menentukan  genus  dan  spesies  dari
masing-masing bakteri (Cowan 1974).
(1) Pewarnaan Gram (BSN 2009)
Pewarnaan  Gram  pada  bakteri  dilakukan  dengan  cara  mengamati  sel-sel
bakteri  yang  telah  mati  dan  diwarnai.  Dengan  cara  tersebut,  bentuk  sel  akan
menjadi  lebih  jelas  karena  warna  sel  dibuat  kontras  dengan  medium
disekelilingnya,  sehingga  lebih  mudah  dilihat  dibawah  mikroskop.  Bakteri  yang
mempunyai  sel  dengan  ukuran  relatif  kecil  akan  mudah  dilihat.  Pada  pewarnaan
Gram diperlukan empat jenis larutan yaitu zat warna basa (kristal violet), larutan
iodium (lugol), alkohol dan safranin. 
Preparat  bakteri  ditetesi  dengan  pewarna  kristal  violet  dan  dibiarkan
selama  satu  menit,  kemudian  dibilas  dengan  air.  Selanjutnya  preparat  ditetesi
dengan  larutan  lugol  dan  dibiarkan  selama  satu  menit,  dicuci  dengan  air  dan
dihilangkan warnanya menggunakan alkohol 96% selama 10-20 detik atau sampai
warna  ungu  tidak luntur lagi.  Setelah  dicuci  sebentar  kemudian  diwarnai  dengan
larutan  safranin  dan  dibiarkan  selama  10-20  detik  lalu  dibilas  dengan  air,
kemudian  dikeringkan  dan  diperiksa  di  bawah  mikroskop  menggunakan  minyak
imersi dan diamati bentuk sel serta reaksi Gram. Sel-sel bakteri yang tidak dapat
melepaskan  warna  akan  tetap  berwarna  seperti  warna  violet  kristal,  yaitu  biru
ungu  disebut  bakteri  Gram  positif.  Sel-sel  bakteri  yang  dapat  melepaskan  violet
kristal dan mengikat safranin sehingga berwarna merah atau merah muda disebut
bakteri  Gram  negatif.  Prosedur  pewarnaan  Gram  (BSN  2009)  secara  lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 4.